MARI BICARA PARTISIPASI DALAM PEMILU 2024 - Jurnal Faktual News

MARI BICARA PARTISIPASI DALAM PEMILU 2024

Share This

 




JURNALFAKTUALNEWS.COM|Rencana pelaksanaan pemilu tahun 2024, saat ini mengimplikasikan geliat-geliat dan riak-riak kecil opini  dari berbagai kalangan publik terutama di Kabupaten Ngawi. Berbagai anggapan, prediksi,  asumsi , dan spekulasi tentang bakal calon yang akan maju sudah sering terdengar di berbagai obrolan non formal para pecinta politik, aktivis politik dan pengamat politik lokal.


Pernyataan-pernyataan bersifat prediktif dan dalam konteks berandai-andai turut dalam hangatnya perbincangan terhadap perubahan pemerintahan kelak. Saya sebut perubahan, karena periode baru mendatang jelaslah sebuah momentum untuk berbagai harapan. Demokratis saja, apabila publik menilai pemerintahan sekarang sudah baik, maka momentum periode baru mendatang adalah harapan untuk lebih baik dari pencapaian kemarin. Sebaliknya, apabila publik menilai pemerintahan sekarang lamban, letoy, buruk, carut marut, tak ayal momentum periode baru adalah harapan besar untuk mengubah segalanya.


Tidak terlalu maju, juga tidak terlalu mundur apabila saat ini berbicara prediksi siapa yang akan maju di bursa pesta demokrasi langsung 2024. Ada yang bilang Si A legislator “cool” akan maju, ada yang celetuk majunya Si B “incumbent” dengan segelintir harap –harap cemas bisa menang atau justru kalah, ada yang asal obrol Si C “taipan lokal” yang “malu-malu kucing” dalam menumbuhkan citranya. Ada lagi Si D “ punggawa seberang tanah garam” yang mungkin mencoba ingin keberuntungan di tanah kelahirannya. Dan masih banyak lagi spekulasi-spekulasi yang tak menutup kemungkinan akan terbawa dalam “bunga tidur” di malam hari.


Berbicara politik, mungkin ada yang tahu dengan BERTOLT BRECHT (1898-1956), seorang penyair dan penulis naskah drama, berasal dari Jerman, yang mengungkapkan                       “Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional”saya lansir dari (http://www.kompasiana.com).


Hemat saya ungkapan penyair jerman di atas menyiratkan sebuah pesan bagaimanapun keadaannya, seyogianya kita berpolitik positif dalam konteks langsung atau tidak langsung, aktif maupun hanya sekedar partisipatif. Sikap yang apatis bukan sebuah jawaban daripada setelah mengetahui dampak besar akibat ketidak mau tahuan kita. Walaupun terkadang secara hati nurani kita bisa menilai dalam situasi politik tertentu ternyata hanyalah penuh kebohongan, kebusukan, kekotoran, janji palsu mulut penipu dan sarat kepentingan dan ambisi kekuasaan. Tapi yakinlah tidak semuanya begitu, karena hakikat berpolitik sebenarnya adalah kebaikan. 


Kita harus sadar bahwa pemilihan umum adalah salah satu pilar utama dalam demokrasi. Tiada demokrasi tanpa adanya partisipasi politik dari warganya. Sebab partisipasi adalah esensi dari demokrasi. Partisipasi politik adalah kegiatan/keikutsertaan warga dalam proses pemerintahan, artinya dalam konteks ini kita juga turut mempengaruhi jalannya pemerintahan kelak. Tiada salahnya dalam menyongsong kehangatan Pemilu serentak 2024 , publik Ngawi mulai beranggap penuh angan, berspekulasi penuh ekspetasi, dan berprediksi penuh motivasi demi kemajuan bangsa.(Hn)

Tidak ada komentar:

Pages